DRAFT 1

Pertemuan yang paling menyebalkan itu terjadi di kantor Meinuri. Meinuri itu teman baikku sejak SMP. Dia tahu segalanya tentangku. Tak ada yang ku tutup-tutupi tentang apapun darinya bahkan hal yang paling kubenci sejak kecil, begitu pula tentangnya. Meinuri adalah pemilik Applepie, salah satu event organitation terbesar di Surabaya. Aku memang sering main ke kantornya, sama seperti hari itu. Meinuri tidak ada di ruangannya siang itu. Aku tahu hari ini dia ada di ruang rapat. Ada kliennya yang sedang sangat penting dari Jakarta. Seperti biasanya, akupun menunggu di ruangannya yang penuh dengan aroma blueberry. Dia penyuka blueberry, makanya di rumah, mobil, maupun ruang kerjanya tak akan pernah lepas aroma tersebut, dan aku menyukai itu. Semalam aku begadang menyelesaikan artikelku yang harus diserahkan ke editor sore ini, maka ketika ku melihat sofa yang empuk di ruangan Meinuri, rasa kantukku seakan membobardir dengan seketika. Beberapa saat setelah aku terlelap tiba-tiba bibirku terasa basah. Akupun terlonjak kaget. Ternyata diatasku ada sesosok cowok yang wajahnya lumayan familiar tapi aku tidak mengenalinya. Aku baru sadar beberapa saat yang lalu bibirnya menyentuh bibirku. Diapun terlihat kaget dan gugup waktu aku membuka mata dan secara reflex tanganku pun mendorong tubuhnya hingga dia terjembab kelantai.
“sorry… tadi bener-bener gak sengaja… gue tersandung dan terjatuh di atas lo…” jelasnya sambil berusaha bangkit dari lantai.
Akupun dengan sigap berdiri dari sofa dan menatap lelaki didepanku dengan tajam. Baru saja aku akan membuka mulut, pintu ruangan terbuka kulihat Meinuri muncul dari sana.
“Hai…” sapa Meinuri sambil menatap kita berdua dengan heran ‘’kalian kenapa?” tanyanya kemudian.
Aku yang akhirnya dapat menguasai keadaan segera menampar lelaki yang berada 1 meter didepanku itu dan beranjak meninggalkan ruangan Meinuri “sorry Mei… aku duluan” pamitku sambil berlalu dari ruangan tersebut.
Meinuri terlihat kaget dengan tindakanku, lelaki itu pun masih terpaku diam sambil memegangi pipinya.
“Nar… lo gak apa-apa kan?” tanya Meinuri dengan cemas sambil berlari mengejarku
“Ntar aja ya Mei… aku harus balik ke kantor jam makan siangku udah selesai” terangku sambil tetap berjalan menuju parkir
“ya uda kalau begitu, hati-hati ya… jangan lupa entar malem ku tunggu d tempat biasa” ujarnya sambil cipika-cipiki denganku sebelum aku masuk ke mobil.
***
Sesampainya di kantor yang terletak di jl. A. Yani aku baru teringat lelaki yang beberapa lalu ku tampar di ruang kerja Meinuri, ya namanya Drew Rirvan Akbar. Dia adalah selebritis yang belakangan ini menghiasi layar kaca yang gossip-gosipnya actingnya banyak memukau para produser ibukota. Kenapa aku bisa segera tahu? Karena wajahnya terpampang dengan jelas di baliho depan kantor. Baliho dengan ukuran super jumbo tersebut seakan menyesakkan dadaku. Ternyata yang mencuri ciuman pertamaku seorang selebritis, manusia pertama diatas muka bumi ini yang paling ku benci.
Aku benar-benar manusia paling kuno ya… di usiaku yang ke 24 ini ternyata aku baru merasakan ciuman pertama. Bukannya aku tidak perna punya pacar, jika dihitung dengan yang beberapa bulan yang lalu putus aku sudah perna pacaran dengan 6 orang yang berbeda. Hanya saja, aku merasa aku belum rela memberikan ciuman pertamaku ke mantan-mantanku. Tapi ternyata ciuman pertamaku kini ‘di curi dengan paksa’ oleh orang yang sangat paling aku benci di muka bumi. Ya, aku punya dendam khusus dengan selebritis yang suka pamer body dan muka di layar TV. Dendam dan kebencianku itu sudah tertanam sejak aku berusia 10 tahun. Jangan tanya alasannya kenapa. Saat ini aku belum siap menceritakannya. Yang tahu kebencianku ini Cuma ayah dan Meinuri seorang. Ya, aku hanya tinggal berdua dengan ayah. Ibuku sudah lama pergi.
Aku baru saja sampai di meja kerjaku ketika kudapati wajah Alfie berada didepanku
“ya Fie…” tanyaku seakan sudah tahu apa yang diinginkan Alfie. Dia selalu mencariku untuk bergosip atau mengambil naskah.
“Nar, Pak Bos pangil kamu tuh… uda dari setengah jjam yang lalu lho…”
“tumben… ada apa ya…?” tanyaku heran, karena tidak biasanya Pak Bos mencariku (jika tidak ada sesuatu yang benar-benar penting)
“nggak tahu Lun, tapi sepertinya tadi waktu kamu pergi makan siang Pak Bos kedatangan tamu dari Jakarta. Mungkin kamu mau dikenalkan sama tamunya kali…he..he.. beliau tahu kali kamu udah dua bulan ngejomlo” canda Alfie
“lo kira Pak Bos biro jodoh apa…udah ah aku keruangannya Pak Bos dulu” pamitku.
“good luck ya…”
***
Pak Burhan, big bosku telah menungguku di sofa di ruang kerjanya. Raut muka beliau terlihat cerah, mungkin beliau sedang bahagia.
“Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?”
“rileks aja Lun…” ujar pak Burhan sambil tersenyum sambil menyodorkan map biru
“terima kasih pak.” Aku pun duduk di sofa depan pak Burhan sambil membuka map biru tersebut. Aku terhenyak beberapa saat ketika melihat isi map tersebut. “ini profil Drew artis ibu kota kan pak! Kenapa diberikan ke saya?” ujar saya setelah dapat menguasai kekagetanku.
“melihat prestasi kerjamu selama ini saya yakin kamu dapat membimbingnya”
“Maksud bapak?” aku masih tidak faham
“selama tiga bulan kedepan dia akan belajar memahami seluk beluk jurnalistik di sini. Dan saya mempercayakan anak saya untuk kamu bimbing”
Jantungku seakan berhenti berdetak untuk beberapa saat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tari (seni Budaya) part 1

untittle VI