Ada hati meneteskan mata air tubuhnya Bilurnya terasa hingga jagad raya Cerita yang entah diterima logika Dalam tiap purnama sabit terlihat indah Entahlah... Frekwensi rasa itu tlah melemah Gelombang pun tlah kehilangan pemancarnya Hanya ada jejak waktu... Ilusi... Jeratan mimpi.... Kelana dalam diam. Lalu, Masihkah ada embun itu? Nuansa yang terlukis lewat surya Opera mata menembus hati Panorama jiwa melelapkan amarah Quota ego pun menurun dengan indah Remuk redam dalam diam Sajak sabit dalam angan. Taukah itu fonetik rasa? Untuk setiap nafas... Voltage berdetak tak pernah sama Walau malam tetap basah X-ray menelanjangi raga Yang tersisa hanya gulana, hingga... zaman musnah entah kemana. (2008, Surabaya)